#Resume2023 - Hidup Lebih Sehat
- Aishayang!
- Dec 31, 2023
- 5 min read
Wah, Masyaallah, udah lama banget nggak ngerasain sakit hati yang bener-bener sakit. Biasanya kalo udah serius begini, diawali dengan gejala tiba-tiba mengalun lagu k-pop sedih di kepalaku, bawaannya pengen ngegalau aja. Kayaknya banyak orang yang ngalamin ini juga sekarang: ngeliat nilai UAS Fisika yang gedenya sama kayak uang jajan daily. Irit banget.
Sebenarnya 2023 ini berjalan baik banget, especially buat aku yang pada tahun ini nggak menyiapkan resolusi apapun. Aku nggak berharap pencapaian apa-apa tahun ini, dan bener, skor ETP aku masih mentok di B1. Tapi selain itu, ada banyak banget hal yang nggak aku harapkan malah jadi hal yang sangat aku syukuri tahun ini. Salah satunya ya, aku bisa terdaftar di salah satu PTN sebagai mahasiswa. Dan Alhamdulillah lagi, kampusku ini memang bukan top 10 PTN di Indo, tapi Itera was good kok. Dari segi apapun Itera udah cukup memadai, untuk orang-orang yang pandai bersyukur. Yang bilang Itera bobrok, padahal bayar UKT nggak seberapa, nilai juga anjlok, berarti tidak pandai.
2023 ini, walaupun tanpa tujuan yang jelas, banyak banget perubahan baik dari diriku. Poin pentingnya sih, mindset-ku berkembang terhadap banyak hal. Salah satunya kayak makanan. Dulu aku sempat menginisiasi diri ini untuk hidup lebih sehat, dengan banyak mengonsumsi jamu dan whole foods(makanan yang mendekati bentuk aslinya). Memang sih, ini berjalan beberapa saat tapi aku nggak ngerasain perubahannya. Dan tiba waktunya dimana aku harus tinggal di asrama, yang mana aku nggak bisa masak disini karena nggak disediakan kompor. Selain itu, makanan yang dijual itu kebanyakan sudah diolah, dan bukan sayur bahan bakunya. Kebanyakan ayam. Dan bisa disimpulkan bahwa jajanan sekitar Itera yang paling sehat adalah jus buah, selain itu, kalorinya banyak sekali.
Dulu, aku nggak peduli dengan apa yang aku konsumsi. Bahkan pas pulang ke rumah, karena saking banyaknya pilihan makanan, aku bisa sekali makan dua sesi. Sesi pertama nasi dengan ayam kecap, sesi kedua dengan tumis pakis. Kurang lebih begitu deh, aku kurang suka makan di mix dengan beberapa lauk yang nggak nyambung menurutku. Jadi, biar ngerasain semua, aku bagi dalam beberapa sesi. Hehe. Nggak dulu banget sih ini. Tapi beberapa saat setelah itu, tepatnya setelah aku jadi mahasiswa, ada kesadaran dari dalam diriku buat menahan diri dari banyak makan. Bukan karena ngirit aja ya, Besti. Aku rasa, banyak makan itu menurunkan produktivitas kita. Sebagai mahasiswa, tugas utamaku ya belajar dengan baik. Dan banyak dari kita sudah tahu dan bahkan merasakan, kalo kebanyakan makan, bakal ngantuk. Nah, dengan makan secukupnya, kita lebih banyak melek untuk belajar.
Orang yang influences aku buat hidup sehat dan lebih produktif ini Kak Zahid Ibrahim, lewat video-videonya yang bisa diakses di Youtube. Dan awal Desember kemarin aku nemu buku Ikigai di antara buku-buku di perpus. Hoki banget itu sih, buku itu legend, walau aku nemu yang terjemahannya tapi tahun terbitnya udah lama, itu cetakan kedua. Buku itu laris banget, sekarang udah cetakan keberapa coba? Secara garis besar, buku tersebut memaparkan rahasia umur Panjang, khususnya yang terjadi dengan para lansia di Ogimi, sebuah daerah di Pulau Okinawa, Jepang. Emang sih, umur nggak ada yang tahu. Cuma, yang sangat mendoktrin aku disini adalah gaya hidup mereka. Para lansia di Ogimi, masih aktif melakukan pekerjaan. Mereka meninggal dalam rentang usia kurang lebih 90-100 tahun, dan bukan disebabkan oleh penyakit yang diderita oleh lansia kebanyakan. Kuncinya sederhana sih: eat, sleep, and move well.

Banyak dari kita yang salah persepsi dengan ini. Biasanyanya, kita punya aturan untuk ‘diet’, atau mungkin jadwal untuk melakukan olahraga tertentu. That’s good. Tapi yang salahnya adalah, ketika kita nggak menjadikan hal-hal tersebut sebagai gaya hidup kita. Misal, dua kali seminggu kita nge-gym, tapi kita suka banget begadang. Contoh lainnya, buatku sendiri, pas masa kuliah (atau dulu pas masih mondok), jam tidurku sangat baik, nggak kebanyakan dan nggak kedikitan. Tapi pas masa liburan, jam tidurku berantakan, bahkan melebihi dosis. Salahnya disini. Kita nggak konsisten.
Untukku sendiri, konsisten itu nggak gampang. Apalagi kalau ini orientasinya bukan sesaat doang, melainkan seumur hidup. Awalnya susah banget sih, apalagi pas awal-awal memperbaiki pola makan itu aku awali dengan puasa makan yang manis-manis. Makanan manis itu kebanyakan kalorinya kosong, jadi walaupun makannya banyak kita tetap bakal cepet capek. Selain itu, makanan manis itu juga mengandung dopamin, yang mana bikin kita pengen makan terus. Hm, sebenarnya makan apapun itu kalo berlebihan bikin kita gampang capek juga sih, karena tubuh kita lebih banyak fokus pada sistem pencernaan disebabkan oleh banyak makanan yang masuk. Singkat cerita ya, nggak sesusah itu, Besti^^. Awalnya emang kayak pemaksaan banget. Tapi akhirnya, setelah kurang lebih lima bulan, aku otomatis aja nggak begitu punya selera sama makanan yang nggak sehat. Bukan berarti aku became a vegan or kind of that, aku juga sering kok beli gorengan, wkwk. Tapi nggak berlebihan. Dan aku makan nasi jarang, bahkan nggak genap 7x seminggu. Kadang ya ini, diganti sama gorengan. Biasanya jadwalnya gini, sarapan aku sama roti seribu-duaribuan yang kalorinya kurleb 150 kkal. Pas menjelang siang, sekitar jam 10-13, makan nasi sama satu jenis lauk. Fyi nasinya nggak penuh seporsi. Ukurannya kalau kalian punya kotak makan yang bentuknya kotak dibagi jadi tiga sekat, dua sekat kecil seolah itu matanya, dan sekat kecil sebagai mulut, nah porsi nasi yang aku habiskan itu satu sekat kecil. Baru untuk makan malam, aku makan satu sekat sisanya, atau bisa diganti dengan gorengan 2-3 biji. Nggak sehat-sehat amat kelihatannya, tapi jujur, aku merasa lebih berenergi dengan makan cukup begini.
Pernah denger nasihat lama yang bilang, “makanlah sebelum kenyang”? Kukira, itu nggak berlaku untukku, karena aku merasa sehat-sehat aja. Walaupun aku makan sedikit atau banyak, nggak ada perubahan dengan fisikku. But hey, Aish in Past, kamu salah^^. Oke, betul kamu emang ‘merasa’ sehat. Tapi untuk Aish in Present, sehat itu belum tentu berenergi. Dulu, aku sering banget nggak mood melakukan sesuatu, bawaannya males. Tapi sekarang, Alhamdulillah aku nyaris selalu bersemangat, karena aku punya energi yang cukup buat beraktivitas. Makanan yang aku konsumsi nggak 100% whole-foods, kok. Intinya, makan secukupnya aja.
Karena ini orientasinya seumur hidup, layaknya orang-orang di Ogimi, aku berharap bisa tetap produktif dalam jangka waktu yang lama. Aku juga berharap dalam jangka waktu yang lama itu, aku tetap sehat tanpa penyakit yang menggerogoti fisikku. Sakit itu, ya rasanya sakit, kan? Aku berharap masa muda yang penuh semangat, dan masa tua yang masih penuh dengan semangat serta kesehatan. Bismillah, tua nanti aku nggak bakal punya sakit yang kronis. Dan itu semua diawali dari sekarang. Masa mudaku harus sehat. Bener kan? Kalo masa mudanya udah demen sakit-sakitan, gimana nanti pas tua? Btw, random banget sih tapi jujur, disini aku kebayang nasihat orangtuaku pas aku makan mi instan, “Nanti efeknya kamu rasain pas tua, lho.” Hehe.
Untuk Resume 2023, tentang pola hidup sehat(yang nggak sehat-sehat amat) cukup segini dulu. Kita semua punya pilihan buat tetap mengikuti pola hidup kita yang kemarin, atau perlahan-lahan mengikuti pola hidup yang lebih baik, untuk kehidupan yang lebih baik pula. Sehat-sehat terus, Besti!
תגובות